Wednesday, October 8, 2014

Hidup di Jakarta ...

Kali ini aku ingin bercerita bagaimana kehidupanku setelah bekerja. Menjalani babak baru dalam hidup pasti tidaklah mudah. Layaknya waktu pertama masuk SMA atau masuk Kuliah dulu, pertama masuk kerja pula aku membutuhkan banyak adaptasi mulai dari lingkungan, orang sekitar, dan suasana. Mungkin saat aku menulis cerita ini sambil menikmati kriuknya keripik pisang, aku sudah bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan yang sekarang ini. Well, aku tidak akan menceritakan bagaimana kondisi tempat baruku secara detail (Jakarta). Namun, aku betah me njalani hidup di sini.

Sudah hampir 2 tahun lamanya aku tinggal disini. Masih ingat sekali pengalaman pertama kali datang ke kota ini dengan membawa harapan yang besar untuk bisa mandiri di kota yang penuh kompetisi ini. Belum memiliki tempat tinggal memaksa aku untuk mencari teman atau kenalan yang bisa membagikan tempat bernaung sementara sambil mencari-cari tempat tinggal yang cukup. Berstatus karyawan baru yang belum memiliki uang simpanan akhirnya menjadi alasan bagiku menempati kos yang sangat sempit berharga 250ribu perbulan. Sebenarnya itu bukan tempat yang layak. Bayangkan hanya berukurn 2x1,5 meter!. Hanya ada sebuah kasur dan lemari plastic di kos pertamaku.

Pada tanggal 27 Desember 2012 itulah saat dimana uang gaji pertama masuk ke dalam rekeningku. Bahagia tak terkira. Sayang aku sudah tidak memiliki arsip slip gaji pertama untuk aku bingkai. Mungkin tidak perlu aku sebutkan nominalnya tetapi sampai saat ini aku masih tidak percaya aku bisa bertahan hidup di Jakarta dengan simpanan uang sebesar gaji pertamaku. Hebat!
Pekerjaanku sebenarnya tidak terlalu berat, ngantor cuma duduk dan menghadap monitor. Susahnya kalau sedang mendapat project yang mepet deadline jadi harus butuh extra time untuk menyelesaikannya.

Hanya berjangka waktu sebulan aku tinggal di kosan pertama, akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke kos lain yang lebih lega. Dan akhirnya aku mendapatkan kos yang lumayan lega tetapi lokasinya di pinggir jalan tol. Suara deru kendaraan yang kencang sering membuat tidurku tidak nyenyak. Tetapi aku mencoba bertahan.

Hasil kerjaku selama kurang lebih dua bulan membuatku bisa membeli sebuah TV. Dan aku masih heran bagaimana mungkin dengan gaji sekecil itu aku bisa hidup bahkan bisa membeli TV yang pada saat aku kuliah orangtuaku baru bisa mendapatkannya.

4 bulan kemudian, tak sengaja aku berjalan waktu pulang bersama temanku. Di tengah perjalanan kutemui ada sebuah kontrakan kamar di sebuah gang padat penduduk dengan sebuah kertas yang tertempel di dindingnya bertuliskan “ada kontrakan kosong, hubungi : 08xxxx”. Sepertinya aku tertarik dengan kontrakan itu. Singkat cerita aku memutuskan untuk menempati kontrakan ini. Dan sampai sekarang aku masih menempati kontrakan ini. Luas dan tidak bising. Berarti selama aku di Jakarta sudah 3 kali aku enempati kos yang berbeda. Dan semoga bisa segera punya rumah sendiri setelah ini.
»»  Baca selengkapnya...